Setahun yang lalu, ya tepatnya 19 September 2012 kita melangkahkan
kaki ke Tano Niha (Nias) bersama2 dan gak terasa seakan sekejap saja
memori indah itu kini terulang kembali.
Ah kurasa kalau
mengingatnya rasanya ingin kembali lagi kesana mengulang cerita itu
semua; Main2 ke Pantai Bale, makan lontong Nias (yang katanya Eben dan
Dulles super-duper enak), jalan2 ke Sorakhe (walaupun Lae Hendra dan
Rani gak ikut) hahaha, main pingpong sama Tante Dika (walaupun si Eben
merepet2 aja karna kalah terus), lawak2 bareng kalau sudah kumpul, makan
Durian (jadi teringat Kak Ningsih and Leni sang Ratu Durian) hahaha,
belanja ke Pasar Ya’ahowu (jumpa pasangan kak Ningsih “I Love Sibolga),
sibuk2nya nyusun laporan PPL (hahaha) dan kenangan masing2 di daerah
perjuangan. Bukan karena banyaknya hal yang dilakukan membuat semuanya
menjadi indah, tapi karena banyak pembelajaran dan makna kehidupan yang
diperoleh dari pengabdian yang bisa dikatakan masih se-umur jagung itu..
Mencoba menguras kembali kapasitas memoriku akan kenangan dulu, lets check it out!
KEBERANGKATAN
Hahahaha (mungkin ekspresi ini yang menggambarkan kisah awal yang gempa gempita kayak si Rani) kenapa??
Pertama
aku ngekeh habis melihat tas si deo yang super besar kayak mau pindah
kos, bayangkan aja kopernya muat untuk membawa si Dulles di dalam
(peace) haha..
Melihat kondisi akupun masuk level siaga-1,
langsung aku kerjai aja si Deo aku bilang biaya overload bagasi
20ribu/kg, kalau ditimbang2 overload si deo 600ribu, si Deo pun sigap
memuntahkan isi kopernya yang penuh dengan hanger 2 lusin, tas 4 buah,
sepatu show 3 pasang, dan baju konser nya di Nias (maklum katanya dia
mirip Christina Aguilera) haha.. setelah kerja keras di mobil, akhirnya
kopernya langsing juga.. Setelah ngetem di Pancing menjemput kawan2 kami
pun go to Polonia..
Kedua, lama kali nungguin Lae Hendra datang
dan dompet si Rani yang tinggal di kos nya hahahaha.. tapi kita gak mati
kamus, ya kita mencoba ambil posisi juga di depan BB si Deo wkwkwkwk..
Ketiga,
sesak napas karna dengar si speaker ribut manggilin2 kita “Panggilan
terakhir kepada penumpang Wings Air tujuan Gunung Sitoli dengan nomor
penerbangan GNS JT12” sementara kita masih check in dengan antrian
paling belakang. Kalau ingat ini, kayaknya nafas itu udah satu2. Kita
potong antrian, kena repet sama ibu2, malah nimbang barang lama kali
karna barangnya banyak, harus mondar-mandir bayar overload bagasi dan
airport tax pokoknya jantungan kalau ingat peristiwa ini. Untung lah
baik security bandara dan pilotnya sama kita, jadi kita ditungguin,
hahaha..
Penderitaanpun belum berakhir sampai di Bandara Binaka
kita harus nunggu barang2 yang numpang di pesawat selanjutnya, dalam
hati akupun menggumam pertanda apalah ini?? Tapi untung sinar kamera si
Dulles buat kita lupa akan hal itu hahaha...
NIAS PART BEGINING
Di
mobil kita yang sesak dengan barang-barang, sepanjang perjalanan kita
sibuk bertanya-tanya dengan si Dika tentang bahasa2 Nias dan artinya,
sambil sesekali bersendagurau dan memandang ruas-ruas jalan yang kita
lalui. Gak terasa akhirnya kita sampai di Rumah Dika, dan ini menjadi
awal perkenalan dengan tante/ibu/mama/inong kita yang luar biasa kasih
sayangnya selama kita di Nias yang banyak memberikan perubahan sikap,
pemikiran, dan semangat untuk menjalani hari2 kita di Nias. Ya seperti
biasa cipika-cipiki dulu sama tante sambil ngangkat2 barang dari mobil,
setelah sebentar cerita2, kitapun disuguhkan Lontong Nias dan bontot
kerang kak Ningsih (yang dengan bangga dipersembahkannya) hahaha,
seketika kamipun ber-alih profesi menjadi juri master chef dan
menanggapi lontong yang memenuhi mulut kami, akhirnya Dulles dan Eben
pun memberikan tanggapannya kira2 begini “tabo hian kan lontong dison,
beda songon na di medan kan? Godang muse” (maklum Dulles dan Eben
pemilik saham warung lontong di Pancing, jadi orang ini sekalian wisata
kuliner dan menambah ilmu kulinernya di Nias) hahaha..
Setelah itu
kitapun go around Nias Utara mau ke Disdiknya, ya dijalan pun kita coba
melihat2 pamflet mana tau daerah yang kita lewati, lokasi pengabdian
kita, tiba2 ada arah panah Tuhemberua dan Sawo akhirnya aku, kak ning,
and dika agak lega melihat daerah kami cukup dekat dengan Gunung Sitoli
(Gusit), setelah itu lokasi Dulles pun muncul, disusul sekolah Lae
Jakson yang terpampang di pinggir jalan dan sekolah si Leni. Akhirnya
sampai di disdik setelah melewati gunung yang curam (hahaha jadi ingat
kisah Rani dan petualangan aku dan Lisbet mendaki kantor Disdik) sampai
disana tak disangka kita langsung disambut dengan kepala2 sekolah dan
ngatur schedule penjemputan masing2..
KEHEBOHAN SETELAH SEMINGGU PENGABDIAN
Seminggu
dengan sejuta cerita di Pantai Bale, ya mungkin itu yang kita dapatkan
dari kisah si Rani S.Pd yang tumit sepatunya lepas pada saat penyambutan
di Sekolah huhahahaha.. si Rani inilah yang paling heboh dan kayaknya
gak punya beban kayak menang togel 4 nomor hahaha, kenapa? Karna banyak
kali ceritanya, yang muridnya dimarah2i karna gak tau bahasa Inggris,
yang dikibulin muridnya bilang sudah sarjana hahaha, hebohlah.. dan
kayaknya alam raya mendukung cerita si Rani, terbukti siraman taik si
pina pun turun dari ketinggian 5 meter ke pantai hahaha... Dua hari di
Gusit kita sibuk diskusi program apa yang mau dilakukan, menyusun
perangkat pembelajaran, dan sharing tentang sekolah masing2, ada sedikit
kelegaanlah setelah diskusi, karena pada umumnya kita masih takut dan
gak tau apa yang mau dilakukan di sekolah. Tapi satu hal penting yang ku
dapat dari diskusi kita saat itu “jangan sibuk memikirkan hal2 besar
yang akan kita lakukan, lakukan hal2 kecil dengan setia, pasti berhasil”
aku mencoba menarik kesimpulan itu untuk meredam ketakutan yang juga
menghantuiku, ditambah aku belum dapat posko tetap dan masih bertengger
di Gusit aja..
ULASAN KISAH KITA
Bagaimana
mengurutkan peristiwa kita selama di Nias aku gak tau persis, aku
mencoba menuangkan apa yang ku ingat. Hari, minggu, dan bulan yang kita
lalui membuat kita semakin menikmati pengabdian di daerah masing2,
kayaknya kita udah jadi Guru PNS-lah yang menikmati gaji dari Pak
Pargaulan ******** na baltuk i (kata Lae Hendra) setiap bulannya hahaha..
kalau ingat itu pasti si Lisbet ketawanya paling kuat.. Ingat gak waktu
kita ke Tureloto si Leni yang di tinggal si Dulles, terus makan mi di
Lahewa helmnya juga hampir tinggal (mungkin parno di tinggalin si Dulles
dia) haha.. Kisah di Disdik juga, waktu si Rani dibonceng amang par-RBT
naik ke Disdik hahahahaha, kau harus bersyukur Ran Tuhan baik samamu,
kalian bisa landing dengan selamat wkwkwkwk.. Tapi disini juga kisah
romantis si Lisbet yang ujung2nya galau di buat si Lase dan si Gea
(kalau aku gak salah) hahaha.. si Dulles pun gak kalah heboh. Amang
pandita, guru spiritual, tukang listrik, dan pembina pramuka di SMK N 1
Sitolu Ori ini pun pernah mabuk di buat tuak nias dan membanting2
barangnya di posko, paling lucunya waktu kesurupan di Sitolu Ori dia
jadi pembina camp pramuka, terus dia bilang (kira2 begini) “Kalian kalau
da sekolah, apalagi jurusan pertanian, harus bisalah buat ayam yang
beranak eh bertelur sebulan sekali, jadi bertelur tiap hari dan telurnya
besar2” hahaha dia mencoba meniru ucapan amang Pargaulan alhasil dia
dijarah preman kampung sambil minum tuak, dan diancam “harus bisa bapak
buat dikampung ini kaya gitu ya?” hahaha senjata makan tuan bro! Dan
paling lucu waktu ngusir setan, setannya ngetawa2in si Dulles, hahaha
Si
Eben pun gak kalah juga kan, guru 34 les di Tugela Oyo ini pun luar
biasa, dia jadi pembina osis, agen perdamaian (waktu muridnya berantam),
dan satu lagi profesi tukang bangunan juga digelutinya selama disana,
wkwkwk.. si Leni pun juga gak hanya menjabat guru pendamping aja dia
juga menjabat guru senam dan konsultan kecantikan dan konsultan makanan
selama di Nias (padahal Cuma juara harapan nya lomba memasak di Lotu)
hahaha tapi kalau makan durian dia paling kuat, sok2 mau ninggalin
durian sama si Dulles padahal habisnya dimakan dia we.. Kalau si Deo,
mamak tiri si Dika nya ini, kalau da megang Balanga, cangkir, piring,
dohot galas pintor mabiar do si Dika, hahahah, and miss tercantiknya ini
di Lahewa, Guru Favorit, mungkin karna di belinya produk Oriflame si
Leni hahaha..
Molo si Lisbet, guru karate do di Lahewa
Timur, bayangkan tiap pagi manjaljali andor dohot kangkung lao indahan
ni pinahan, hahaha.. maridi pe di sunge na taktak aek na, jadi ingat aku
cerita si Lisbet jadi agen kecantikan di LaTim waktu mandi di sungai
(orang Nias heran liat produk kecantikan si Lisbet) padahal birongnya
dia di LaTim daba hahahaha.. kalau Lae Hendra aku ingat lonceng
sekolahnya ajanya hahahahahaha (pasti si Rani kekeh kali ni), lae si
Lisbet senang kali lihat celan komprang lae katanya hahaha.. kalau lae
Jekson yang ku ingat sarung bantal merahnya yang gak nampak waktu mau
balik ke Medan hahahah, gak nyangka aku lae ini romantis juga
hahahahahaha (so sweet banget merahnya).
Sawo
bersaudarapun tetap eksis ya wei, si Dika lah liat, alih profesinya pun
lebih mantap dia jadi Polisi Sawo we dengan sepatu polisinya hahaha.
Kalau si Dika ini di Tuhemberua orang yang paling suntuk kali kalau da
siap ngajar dari sekolah tapi karna baiknya Kak Ning, dia selalu
menghibur dengan merah dan sabuk hitamnya hahaha, Dika masih ingat gak
Kak baju andalan kak Ning, kak Ning yang nyuci jam dua pagi, sepatu Epis
yang tumitnya lepas dibuatnya, waktu dia merintahkan tubuhnya gak akan
sakit selama makan durian, dan yang paling lucu waktu dia di make over
di salon Tuhemberua and pangkas rambut ala Jupe, poninya itu lo
hahahahahahaha.. (ku upload lah fotonya)
Kalau si Rani, nunga ma,
ibana do artis di Alaska, ke Alaskapun naik APV (dibaca Afufu versi Nias) hahahaha,
main pingpongpun ketawanya-nya yang paling besar tapi gak pernah menang
hahaha makanya gak salah gempa gempita namanya dibuat Tante Dika..
Apalagi waktu makan pas acara perpisahan kita we, ingat gak si rani yang
batuk2on gara2 banyak kali makan dan perang rumah tangga dengan Lae
Hendra hahahaha... ee bale, nifasungema ira ama ira ina talifusoda,
gempa gempita, tukang make-up, dewasa, tukang ketawa, pendiam, orang
yang paling sibuk, baik hati (gelarku) hahahahaha (jangan ada yang marah
ya)
To the special mom; Buat tante/mama kami di Nias
Tante Dika, mungkin sangat jarang kami temukan orang yang luarbiasa
tulus kayak tante sekarang ini, mungkin inilah arti hidup yang tante
bilang “Hidup akan berarti jika kita saling berbagi, karena semuanya
titipan Tuhan”, kalau dibilang balasan apa yang pantas, gak ada yang
bisa kami berikan buat tante, Doa, ya mungkin itu yang saat ini bisa
kami berikan, karna kami tau Tuhan pasti memberikan yang terbaik buat
terutama kesehatan buat tante (amin), jujur secara pribadi aku banyak
belajar dari tante, terutama dalam hal ketulusan membantu orang lain..
Gak
terasa kini setahun lalu bak satu hari berlalu, kitapun beranjak ke
posisi penting dalam studi kita. Ada yang sudah mengabdi di Pekanbaru
lagi (Dulles), ada yang sudah menyelesaikan studi(Aku, Dika, Leni,
Lisbet, Deo, Lae Hendra, n Dulles), dan ada yang masih fokus
menyelesaikan studi (Eben, Lae Jekson, dan Kak Ningsih) semoga cepat
menyelesaikan studinya ya kawan2, everything is best in God time,
especially buat Eben juga cepat sembuh ya. Yang jelas keadaan hari ini
adalah tapak tangga secuil kisah kita di Nias. Mungkin banyak hal dan
kondisi yang membuat kita gak bisa bertegur sapa dan tatap muka saat
ini, tapi kurasa kalau kita mengingat kenangan ini, gak ada alasan yang
membuat kita lupa satu sama lain. Gak banyak yang bisa kita berikan
untuk orang lain, yang jelas setiap hal yang telah kita berikan di Nias,
tanpa kita sadari itu semua telah banyak mengajarkan kita arti
pengorbanan dan pengabdian. Percayalah itu pasti berbuah!
semoga
semuanya ini tak sampai disini, kita bisa bertemu bersama2 lagi, dengan
sejuta kisah indah dan prestasi yang telah kita ukir kelak..
Miss you all :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar